Dari pintu ke pintu
Kucoba tawarkan nama
Demi terhenti tangis anakku dan
Keluh ibunya
Tetapi semua mata
Memandangku curiga
Seperti hendak telanjangi dan
Kuliti jiwaku
Apakah buku diri ini
Harus selalu hitam pekat
Apakah dalam sejarah orang
Mesti jadi pahlawan
Sedang Tuhan di atas sana
Tak pernah menghukum
Dengan sinar mata-Nya lebih tajam
Dari matahari
Ke manakah sinarnya nurani embun pagi
Yang biasanya ramah
Kini membakar hati
Apakah bila terlanjur salah
Akan tetap dianggap salah
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada lagi tempat untuk kembali
Kembali dari keterasingan
Ke bumi beradab
Ternyata lebih menyakitkan
Dari derita panjang
Tuhan bimbinglah batin ini
Agar tak gelap mata, dan
Sampaikan rasa inginku
Kembaliu bersatu
Surat Dari Ibu
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi kehidup bebas
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari masih menyinari daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut bebas, anakku saying
Pergi kea lam bebas!
Selama hari belum petang
Dan warna senja hari belum kemerah-merahan
Menutup pintu lampau
Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nakhoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau dating padaku
Kembali pulang, anakku saying
Kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari!”
Syair Burung Pungguk
Bersyairlah burung cendrawasih,
Pungguk ini rindukan kekasih
Melihat bulan cahayanya persih
Cinta yang lain banyak menyisih
Ketika bulan sedang berkurung
Pungguk terbang segenap lorong
Ramai bertanya sekalian burung
Pungguk wahai, mengapa dia nan morong?
Jikalau sedia bulan nan rembang
Baharulah pungguk saleh terbang
Paksi melangsi dua berabang
Di kaki awan ia mengambang
Tatkala pungguk digola layu
Terbang segenap dahannya kayu
Barang mainan tidaklah payu
Menjadi kalbu paksi nan rayu
Di atas kayu pungguk merindu
Paksi mendengar tersedu-sedu
Mendengarkan bunyi burung peladu
Tersedarkan kekasih dalam peradu
Abang nan tuan tidak ketahuan
Sinar dan silam igau-igauan
Jikalau tidak kasihan tuan marilah abang di dahan rawan
Pungguk merawan segenap hutan
Sembilang jitun berlompatan
Bulan mengandung di sebelah lautan
Dengannya bersambut-sambutan
Dipetik dari: kesusastraan Indonesia 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar