Selasa, 20 April 2010

Danau Tobat Suatu Senja

Danau toba senja hari. Air danau terlihat biru dan terang, tanpa ombak. Di atas air danau beberapa elang terbang rendah, bersiap memangsa ikan mujair yang lengah. Di tengah danau, beberapa nelayan tengah menurunkan jala penangkap ikan dalam danau untuk diambil esok harinya. Di tepian danau para wanita dan anak-anak terlihat sedang mencuci dan mandi. Beberapa bersiap pulang, dengan ember berisi air di kepala. Penduduk desa buhit ini memang masih menggunakan air Danau Toba untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Di atas perahu kecil, yang oleh masyarakat setempat disebut solu, Todo berhak riang. Membuat solu sedikit oleng kekiri dan ke kanan .

Umpannya dimakan ikan lagi. Sambil menarik benang pancing. Todo berharap mudah-mudahan bukan ikan mujair lagi. Soalnya, ikan tangkapannya semua ikan mujair. Padahal opungnya bilang, di danau ini juga ada ikan mas, gabus, dan lele. Walau jumlahnya tak sebanyak ikan mujair.

Ikan di mata kail mengelepar-gelepar. Todo menarik napas kecewa. Warna kulitnya abu kehitam-hitaman. Berarti ikan mujair lagi. Malas Todo menarik kecewa. Tapi, maka todo memicing ketika melihat sisi sebelah ikan itu berwarna hitam gelap seperti sudah dibakar. Todo meneliti ikan yang di tangannya. Aneh! Sebelah ikan bakar, sementara sebelah lagi masih mentah.

Mungkin ada orang yang membakar ikan di tepian danau. Tapi,…kenapa masih hidup?Benak Todo sibuk berpikir. Dicengkeramnya ikan itu kuat-kuat, karena terlihat seperti meronta minta dilepas.

Setelah mendapat ikan ajaib, akhirnya Todo memutuskan menyudahi acara menyudahi memancing sore ini. Tak sabar ingin segera menunjukan ikan aneh itu pada adiknya, kania.

Terburu-buru opung mengambil sebuah baskom berukuran sedang. Lalu, ia memasukan ikan ajaib itu ke dalam baskom, setelah terlebih dahulu diisi air. Tadinya ikan itu sudah setengah pingsan karena tanpa air. Begitu dalam air, dia mengapung sebentar, megap-megap, dan akhirnya bergerak lincah.

Opung menarik napas lega

“ikan ini harus kau pulangkan ke danau.”

“kenapa, Opung?”

“pokonya kembalikan saja sekarang juga.”

“jangan, Opung! Aku bawa pulang saja ke medan. Jarang-jarang kan ikan yang sudah terbakar sebelah masih bisa hidup,” seru kania, bermaksud memegang ikan itu lagi. Tapi, tangan Opung lebih cepat mencegah.

“jangan! ikan ini bukan ikan sembarangan.”

“maksud Opung?”

“ikan ini kepunyaan penunggu danau itu.”

Todo terbahak. Tapi, segera bungkam melihat Opung menatapnya tajam. Ah, Ada-ada saja! Zaman secanggih ini, ternyata opung masih percaya pada hal-hal semacam ini.

“Pulanglah sekarang juga. Sebelum keburu malam.”

“aku malas, Opung.”

“Pulanglah saja, bang!”pinta kania ketakutan.

“Opung jangan terlampau percaya sama takhayul,”seru Todo seraya bangkit karena tak tega melihat tampang Opung yang ketakutan.

Ditemani Opung, todo menenteng baskom berisi ikan ajaib itu kembali ke danau. Berdiri di tepian danau, Todo bermaksud melemparkan ikan itu ke danau, tapi, opung mencegah.

“Kita pulangkan ke tempat kau menagkapnya tadi.”

“tak mungkin, Opung.”

“Kenapa tak mungkin?”

“Aku menangkapnya dari tengah danau.”

“Kita antar ke sana.”

Opung segera menarik solu yang entah milik siapa ke dalam air.

“Cepat naik!”

Todo naik di sebuah ujung. Menghadap kea rah Opung yang mendayung dengan gesit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar