Selasa, 20 April 2010

Kalian Dengarkan Keluhanku

Dari pintu ke pintu

Kucoba tawarkan nama

Demi terhenti tangis anakku dan

Keluh ibunya

Tetapi semua mata

Memandangku curiga

Seperti hendak telanjangi dan

Kuliti jiwaku

Apakah buku diri ini

Harus selalu hitam pekat

Apakah dalam sejarah orang

Mesti jadi pahlawan

Sedang Tuhan di atas sana

Tak pernah menghukum

Dengan sinar mata-Nya lebih tajam

Dari matahari

Ke manakah sinarnya nurani embun pagi

Yang biasanya ramah

Kini membakar hati

Apakah bila terlanjur salah

Akan tetap dianggap salah

Tak ada waktu lagi benahi diri

Tak ada lagi tempat untuk kembali

Kembali dari keterasingan

Ke bumi beradab

Ternyata lebih menyakitkan

Dari derita panjang

Tuhan bimbinglah batin ini

Agar tak gelap mata, dan

Sampaikan rasa inginku

Kembaliu bersatu

Surat Dari Ibu

Pergi ke dunia luas, anakku sayang

Pergi kehidup bebas

Selama angin masih angin buritan

Dan matahari masih menyinari daun-daunan

Dalam rimba dan padang hijau

Pergi ke laut bebas, anakku saying

Pergi kea lam bebas!

Selama hari belum petang

Dan warna senja hari belum kemerah-merahan

Menutup pintu lampau

Jika bayang telah pudar

Dan elang laut pulang ke sarang

Angin bertiup ke benua

Tiang-tiang akan kering sendiri

Dan nakhoda sudah tahu pedoman

Boleh engkau dating padaku

Kembali pulang, anakku saying

Kembali ke balik malam!

Jika kapalmu telah rapat ke tepi

Kita akan bercerita

“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari!”

Syair Burung Pungguk

Bersyairlah burung cendrawasih,

Pungguk ini rindukan kekasih

Melihat bulan cahayanya persih

Cinta yang lain banyak menyisih

Ketika bulan sedang berkurung

Pungguk terbang segenap lorong

Ramai bertanya sekalian burung

Pungguk wahai, mengapa dia nan morong?

Jikalau sedia bulan nan rembang

Baharulah pungguk saleh terbang

Paksi melangsi dua berabang

Di kaki awan ia mengambang

Tatkala pungguk digola layu

Terbang segenap dahannya kayu

Barang mainan tidaklah payu

Menjadi kalbu paksi nan rayu

Di atas kayu pungguk merindu

Paksi mendengar tersedu-sedu

Mendengarkan bunyi burung peladu

Tersedarkan kekasih dalam peradu

Abang nan tuan tidak ketahuan

Sinar dan silam igau-igauan

Jikalau tidak kasihan tuan marilah abang di dahan rawan

Pungguk merawan segenap hutan

Sembilang jitun berlompatan

Bulan mengandung di sebelah lautan

Dengannya bersambut-sambutan

Dipetik dari: kesusastraan Indonesia 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar